Kamis, 01 April 2010

Senyum_A


Senyum 1 :
Ada Cara Lain
Seseorang yang sudah mempelajari banyak ilmu metafisik di berbagai perguruan, datang kepada Nasrudin. Untuk menunjukkan ia murid yang baik, maka diungkapkan secara detail tempat-tempat di mana ia belajar, dan apa saja yang sudah ia pelajari.

"Saya harap, Mullah akan menerima saya, atau, paling tidak, menceritakan tentang ide-ide Mullah," katanya, "karena saya sudah begitu banyak menghabiskan waktu dalam mempelajari ilmu ini."

"Aku mengerti maksudmu," kata Nasrudin, "engkau telah mempelajari guru-guru dan ajaran mereka. Tapi mestinya guru-guru dan ajaran-ajaran itulah yang harus mengajarimu. Nah, dari sana, kita baru akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat."
Senyum 2 :
Tidak Untuk Dibawa
"Aku akan mengajarkan kepadamu perihal metafisik," kata Nasrudin kepada seorang tetangga yang tampaknya memiliki pemahaman yang mengagumkan, meskipun masih sedikit.

"Aku akan senang sekali," kata sang tetangga, "datanglah ke rumahku. Di sana, engkau bisa bicara panjang lebar padaku."

Nasrudin menyadari bahwa laki-laki itu berpikir, bahwa pengetahuan mistis dapat dipindahkan begitu saja melalui kata-kata yang keluar dari mulut. Nasrudin diam saja mendengar ajakan itu.

Beberapa hari kemudian, sang tetangga memanggil-manggil sang Mullah dari atas atap rumahnya. "Nasrudin, aku membutuhkan bantuanmu untuk meniup api di tungkuku, arangku tidak ada."

"Boleh," sahut Nasrudin. "Datanglah kemari. Kau boleh bawa sebanyak mungkin."
Senyum 3 :
Rahaia
Nasrudin memanjat sebuah tembok dan dari sana ia melihat sebuah halaman yang dipenuhi rumput yang hijau dan lembut, bagaikan kain bludru yang amat halus. Ia memanggil tukang kebun yang sedang menyiram halaman penuh rumput itu.

"Apa rahasianya untuk bisa membuat halaman seperti itu?"

"Tidak ada rahasia," kata tukang kebun. "Sini, aku beri tahu asal engkau turun kemari."

"Asyiiik," ujar sang Mullah sambil meluncur turun. "Aku akan membuat halaman seperti itu."

"Caranya," kata si tukang kebun, "tanamlah rumput, bersihkan biji-bijian, dan sesering mungkin gunting rumput."
Senyum 4 :
Cermin
Di tepi jalan seorang tolol menemukan sebuah cermin. Dia memungutnya, melihat ke cermin, dan tampak olehnya bayangannya. Segera ia meletakkan cermin itu lagi, seraya berkata, "Maaf, aku tidak tahu kalau itu milikmu."
Senyum 5 :
Hantam Kepalamu
Seorang lelaki datang kepada seorang syekh sufi dan berkata:

"Aku capek jadi seorang zahid, dan keduniawian membuatku dingin. Apa yang harus kulakukan?"

Sufi itu menjawab: "Hantam kepalamu dengan batu karang."
Senyum 6 :
Syair Yang Jelek
Amir kota membacakan sebuah syair yang digubahnya dan meminta pendapat Bahlul.

"Aku tidak menyukainya," sahut Bahlul.

Amir pun marah dan memerintahkan agar Bahlul dijebloskan ke dalam penjara.

Minggu berikutnya si amir memanggil Bahlul dan membacakan lagi di hadapannya syairnya yang lain.

"Bagaimana dengan yang ini?" tanyanya.

Bahlul segera bangkit berdiri.

"Hendak ke mana kamu?" tanya si amir.

"Ke penjara," jawab Bahlul.
Senyum 7 :
Bosan Terhadap Guru
Sekelompok anak sekolah yang sudah jenuh dengan guru mereka memutuskan untuk melepaskan diri darinya sejenak.

Salah seorang di antara mereka, yang lebih arif daripada yang lainnya, berkata "Aku akan masuk ke dalam kelas untuk mengatakan kepada guru: "Mengapa Bapak kelihatan begitu pucat?"

Lalu Hasan masuk ke dalam kelas dan bertanya kepada guru itu apakah dia sedang tidak enak badan. Lalu Asad, Karim, satu persatu, semuanya berkomentar sama."

Anak-anak itu melakukan apa yang sudah mereka rencanakan. Mulanya sang guru tidak begitu memperhatikan, tetapi lama lama dia menjadi yakin kalau dirinya benar-benar sakit. Dia merasa sakit hati kepada istrinya karena tidak memedulikan keadaan dirinya:

"Tadi pagi istriku bahkan tidak menanyakan kepadaku apa yang sedang kurasakan dan apakah aku sebaiknya tinggal di rumah saja, tidak usah mengajar. Barangkali dia berharap aku mati saja."
Sumber : Bunga Rampai VII

Bagikan :
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar